Dakwah diantara Birokrat dan Entrepreneur

Beberapa tahun berada di dunia birokrat membuat perasaan setiap hari selalu bercampur baur.Setiap hari selalu kutemukan beraneka ragam manusia dengan beraneka ragam tingkah polahnya. Miris rasanya melihat kegemilangan-kegemilangan “profesi” yang mereka peroleh hampir setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan, dibandingkan dengan masyarakat diluar sana.

Lebih miris lagi saat melihat pelaku-pelakunya adalah umat muslim sendiri, dimana setiap harinya kulihat mereka rutin melakukah ibadah mahdah dimasjid, namun anehnya “segumpal daging” itu tidak pernah cepat tersentuh, kendati pengajian dilakukan tiap bulan, atau setiap minggu.
Segala nasehat dan tausyiah dari para ulama dan ustad selalu dianggap angin lalu, atau memang “ustad” yang diundang tidak pernah menyentuh perihal ini (tausyiah tentang korupsi, kolusi dan kronisme) karena takut terhadap penguasa.

Aaah..kalo hal ini didiskusikan kadang muncul bahasa miring,,,,,”ayo teman, jangan menebar isu…mulailah dari hati dan dirimu,,,,dari pada kamu sibuk mengurus orang lain, uruslah dirimu sendiri, mendingan kamu berbicara kebaikan-kebaikan saja”…Aaaah..teman bukankah ini berbicara kebaikan, bagaimana mengajak agar orang lebih baik lagi…atau memang cara kami berbicara dengan segala kekurangan kami yang salah…sehingga terasa panas ditelingamu???….

Padahal Imam Ali R.A pernah berkata “lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan”, namun kata-kata ini kadang saat telinga dan hati terasa panas, jarang terlintas dipikiran, atau bahkan sengaja disimpan dalam-dalam?

Dunia birokrat ternyata adalah dunia yang unik menurut saya, dimana dunia ini menurut sebuah Majalah Islam terbitan beberapa lwaktu lalu, tepatnya saat kasus Gayus terungkap, dikatakan Birokrat kita sangat jauh dari Reformasi (kecuali Departemen Keuangan;menurut saya). Sebut saja dari proses penerimaan CPNS yang katanya berada di zaman reformasi, namun secara kasat mata kelihatan sekali banyak permainan didalamnya, suara-suara rakyat di media massa, nyaris seperti forum diskusi, hanya berupa laporan dari masyarakat dan jawaban dari pihak terkait…tanpa adanya upaya penyelidikan secara mendalam. Organisasi-organisasi massa yang selama ini gencar menyuarakan suara rakyat hanya diam seribu bahasa, entah karena sudah meloloskan organisatornya atau hal-hal “gaib” lainnya.

Dakwah yang pada dasarnya merupakan kewajiban setiap umat Islam selalu menjadi prioritas nomor sekian, atau bahkan tidak pernah di prioritaskan sama sekali bagi kita, menurut salah seorang teman, kita akan sangat lebih bernilai dimata Allah tatkala kita beramar ma’ruf dan nahi mungkar didalam lingkungan yang memang membutuhkannya, atau dengan kata lain berada di medan “pertempuran” itu sendiri, “Menjadi saleh dilingkungan saleh itu biasa, menjadi saleh dilingkungan salah baru luar biasa”..seperti itu kira-kira ungkapan seorang sahabat.

Namun ketika pekerjaan ini semakin berat saya melihat 2 (dua) kemungkinan agar dakwah ini tetap lancar agar diri juga semakin tegar, yaitu memilih untuk tetap eksis berdakwah dibirokrat ataupun memilih jalur perjuangan “outside” semisal menjadi entreprenuer. Walaupun rasanya sangat sulit  namun setidaknya impian itu telah terpatri, karena memiliki impian kan masih gratis dan tidak dilarang,,..insyaAllah disambung lagi….

Tinggalkan komentar

AdeIskandar.com